Dikutip Pecinta Astronomi Indonesia - Meski rumor 'kiamat' santer berhembus akan terjadi pada 21 Desember
2012, beberapa ilmuwan dan lembaga ilmiah telah membantahnya. Bantahan
juga diungkapkan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN).
Menurut LAPAN, penanggalan bangsa Maya yang diinterpretasi menjadi dunia berakhir pada 21 Desember 2012, tidak perlu dikhawatirkan. Sebab, fenomena antariksa yang terjadi pada hari kemarin cenderung seperti biasa.
"Tidak ada alasan untuk mengkaitkan fenomena antariksa dengan isu 'kiamat'. Fenomena antariksa dalam beberapa hari kedepan dalam kondisi normal saja," ujar Thomas Djamaluddin, Profesor Riset Astronomi-Astrofisika LAPAN, Kamis malam 21 Desember 2012.
Thomas mengatakan beberapa pihak mengaitkan isu 'kiamat' 2012 dengan peristiwa Badai Matahari 2012. Ini adalah puncak aktivitas matahari, dan siklus aktivitas matahari ini mempunyai periode 11 tahun.
Dalam catatannya, puncak aktivitas matahari sebelumnya terjadi pada 1979, 1989, dan 2000.
Pada saat puncak aktivitas itu, kata Thomas, bintik matahari akibat aktivitas magnetik meningkat jumlahnya. Pada saat itu badai matahari berupa lontaran partikel berenergi tinggi dan emisi gelombang elektromagnetik (berupa flare) frekuensi kejadiannya juga meningkat.
Badai Matahari ditandai dengan perubahan medan magnetik yang ditunjukkan dengan variasi jumlah titik matahari (sunspot), ledakan matahari (flare), semburan gas matahari (prominensa atau filamen) dan lontaran materi korona (CME, coronal mass ejection).
"Tetapi badai matahari tidaklah berakibat 'kiamat'," tegasnya.
Ledakan tersebut, tambahnya, hanya mengganggu medan magnetik bumi dan ionosfer. Gangguan ini dapat menyebabkan terbukanya celah medan magnetik bumi sekitar kutub sehingga partikel bermuatan (proton dan elektron) dapat masuk ke atmosfer bumi yang dapat membentuk aurora dan dapat menginduksi jaringan listrik di negara-negara dekat kutub.
Gangguan ionosfer mengganggu komunikasi radio gelombang pendek yang menggunakan ionosfer sebagai pemantul. Sehingga komunikasi radio bisa terputus.
"Jadi, harus waspada kemungkinan terganggunya siaran televisi, komunikasi telepon, dan jaringan ATM," tambahnya.
Tiga Hari Kegelapan
Thomas juga membantah soal isu tiga hari kegelapan pada 23, 24, dan 25 Desember. Isu hari kegelapan ini berupa pengelompokan alam semesta, matahari, dan bumi akan sejajar untuk pertama kali.
Bumi akan bergeser dari dimensi ketiga saat ini ke nol dimensi, kemudian beralih ke dimensi keempat. Seluruh semesta pun akan menghadapi perubahan besar. "Informasi itu sangat rancu dan menyesatkan. Tidak ada pengelompokan di alam semesta, hanya orang awam yang percaya." kata Thomas.(astro_shfly/infoastronomy)
Menurut LAPAN, penanggalan bangsa Maya yang diinterpretasi menjadi dunia berakhir pada 21 Desember 2012, tidak perlu dikhawatirkan. Sebab, fenomena antariksa yang terjadi pada hari kemarin cenderung seperti biasa.
"Tidak ada alasan untuk mengkaitkan fenomena antariksa dengan isu 'kiamat'. Fenomena antariksa dalam beberapa hari kedepan dalam kondisi normal saja," ujar Thomas Djamaluddin, Profesor Riset Astronomi-Astrofisika LAPAN, Kamis malam 21 Desember 2012.
Thomas mengatakan beberapa pihak mengaitkan isu 'kiamat' 2012 dengan peristiwa Badai Matahari 2012. Ini adalah puncak aktivitas matahari, dan siklus aktivitas matahari ini mempunyai periode 11 tahun.
Dalam catatannya, puncak aktivitas matahari sebelumnya terjadi pada 1979, 1989, dan 2000.
Pada saat puncak aktivitas itu, kata Thomas, bintik matahari akibat aktivitas magnetik meningkat jumlahnya. Pada saat itu badai matahari berupa lontaran partikel berenergi tinggi dan emisi gelombang elektromagnetik (berupa flare) frekuensi kejadiannya juga meningkat.
Badai Matahari ditandai dengan perubahan medan magnetik yang ditunjukkan dengan variasi jumlah titik matahari (sunspot), ledakan matahari (flare), semburan gas matahari (prominensa atau filamen) dan lontaran materi korona (CME, coronal mass ejection).
"Tetapi badai matahari tidaklah berakibat 'kiamat'," tegasnya.
Ledakan tersebut, tambahnya, hanya mengganggu medan magnetik bumi dan ionosfer. Gangguan ini dapat menyebabkan terbukanya celah medan magnetik bumi sekitar kutub sehingga partikel bermuatan (proton dan elektron) dapat masuk ke atmosfer bumi yang dapat membentuk aurora dan dapat menginduksi jaringan listrik di negara-negara dekat kutub.
Gangguan ionosfer mengganggu komunikasi radio gelombang pendek yang menggunakan ionosfer sebagai pemantul. Sehingga komunikasi radio bisa terputus.
"Jadi, harus waspada kemungkinan terganggunya siaran televisi, komunikasi telepon, dan jaringan ATM," tambahnya.
Tiga Hari Kegelapan
Thomas juga membantah soal isu tiga hari kegelapan pada 23, 24, dan 25 Desember. Isu hari kegelapan ini berupa pengelompokan alam semesta, matahari, dan bumi akan sejajar untuk pertama kali.
Bumi akan bergeser dari dimensi ketiga saat ini ke nol dimensi, kemudian beralih ke dimensi keempat. Seluruh semesta pun akan menghadapi perubahan besar. "Informasi itu sangat rancu dan menyesatkan. Tidak ada pengelompokan di alam semesta, hanya orang awam yang percaya." kata Thomas.(astro_shfly/infoastronomy)
0 komentar:
Posting Komentar