Minggu, 13 Januari 2013

Misi ke Mars, Akan Ada Gangguan Tidur Pada Diri Anda


Pecinta Astronomi Indonesia - Misi ruang jangka panjang mungkin berbahaya bagi tidur Anda. Kru simulasi perjalanan Mars sedikit bergerak dan lebih banyak tidur selama proyek 520 hari.

Astronot pada misi-misi panjang pulang dan pergi ke Mars memiliki lebih banyak ancaman dari kebosanan. Gangguan tidur mungkin efek samping yang serius penerbangan panjang ruang angkasa, mengubah dinamika kru dan mempengaruhi kinerja pada tekanan tinggi.

Dalam epik playacting, 6 awak hidup selama 520 hari di dalam kapsul tertutup 550 meter kubik di Moskow.

Sebagai eksperimen, kru melayang dalam gravitasi rendah, bergerak sedikit dan tidur lebih banyak, 4 pria mengalami masalah tidur.

Russian Academy of Sciences merancang proyek “Mars 500” untuk menguji kelayakan mengirim manusia dalam perjalanan pulaang pergi ke Mars.

Simulasi ini realistis. Ruang disegel, pengendali misi siaga 24 jam sehari dengan built-in keterlambatan komunikasi selama bagian dari misi dan kru memiliki pekerjaan tertentu yang harus dilakukan selama transit dan kembali ke Bumi.

"Kalau kita benar-benar ingin pergi ke Mars dan mengirim manusia, maka kita perlu tahu bagaimana mereka mengatasi periode panjang isolasi," kata Mathias Basner, biolog University of Pennsylvania’s Perelman School of Medicine di Philadelphia.

Beberapa bulan eksperimen, awak tampak tidak aktif, tidur lebih banyak dan kurang bergerak. Jam tangan seperti gadget mengukur aktivitas setiap menit bahwa awak menjadi lebih banyak diam dan kurang bergerak selama eksperimen berlangsung.

Meskipun rata-rata kru menjadi lesu, tanggapan tidak seragam. Salah satu awak justru benar-benar kurang tidur dan mengalami masalah dalam tes kewaspadaan. Mungkin masalah yang tampaknya kecil tapi bisa memiliki konsekuensi mematikan.

"Ketika Anda melakukan perilaku berisiko tinggi di ruang angkasa, defisit kinerja mengancam kehidupan," kata Jeffrey Sutton dari National Space Biomedical Research Institute di Houston dan Baylor College of Medicine.(info_astronomi)

Ingin Jadi Astronot? Ikut Latihan Ini


Pecinta Astronomi Indonesia - Sebelum para astronot menjalankan misi luar angkasa, mereka harus menempuh berbagai macam pelatihan. Salah satu dari latihan tersebut, ialah latihan fisik yang melibatkan astronot untuk berada di dalam air.


Dilansir Howitworksdaily, Rabu (9/1/2013), salah satu dari beberapa projek NASA bernama NEEMO. NEEMO merupakan kepanjangan dari NASA Extreme Environment Mission Operations yang mempersiapkan kru astronot dalam kondisi luar angkasa.

Projek ini juga menempatkan kru melalui misi pengujian "analog". Dalam kata lain, projek ini melibatkan misi terestrial simulatif, bagi mereka yang akan meluncur ke luar angkasa. Salah satu pengujian bagi astronot, mereka harus berlatih di bawah air. Selain itu, sebuah misi analog juga membutuhkan astronot untuk duduk dalam sebuah ruang khusus berukuran raksasa (centrifuge).

Astronot akan berputar dalam sebuah ruang khusus dan dilakukan uji fisik serta berbagai tekanan lainnya. Dalam NEEMO, fokus juga akan melibatkan astronot pada kegiatan bawah air untuk mensimulasikan kondisi gravitasi yang kecil.

NASA menggunakan Aquarius Reef Base untuk misi NEEMO tersebut, yang dimiliki NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) Amerika Serikat. Astronot akan ditempatkan dalam habibat bawah air, yang terletak 19 meter (62 kaki) di bawah permukaan air.

Astronot akan berada di bawah air untuk beberapa pekan, dengan simulasi latihan seperti bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Mereka juga akan menggunakan peralatan dan bekerja dalam lingkungan simulasi asteroid luar angkasa. (astro_shflyokezone.com)

Sabtu, 12 Januari 2013

Mungkinkah Suara Manusia Terdengar dari Luar Angkasa


Pecinta Astronomi Indonesia - Tim peneliti dari Cambridge University Spaceflight (CUSF) ingin menguji apakah suara dapat terdengar dari luar angkasa. Penelitian ini dilakukan untuk menguji keabsahan teori lama yang menyebutkan bahwa suara tidak dapat didengar dalam ruang hampa. 

Untuk itu, tim peneliti meluncurkan smartphone ke orbit di luar angkasa. Kemudian, mereka akan memutar video yang mengeluarkan bunyi teriakan manusia dalam berbagai cara. 

Ketika video diputar, tim berharap untuk menemukan jawaban atas pertanyaan, apakah atau tidak setiap orang dapat mendegar Anda berteriak di luar angkasa. Edward Cunningham, salah satu peneliti yang terlibat dalam percobaan, menjelaskan alasan di balik penelitian tersebut. 

"Pembenaran di balik ini adalah bahwa suara tidak dapat menempuh perjalanannya di luar angkasa. Dan, ini merupakan sesuatu yang kami katakan di sekolah dan Anda mengujinya di laboratorium," ujar Edward, seperti dikutip Foxnews, Senin (3/12/2012). 

Ia mengatakan, timnya menyadari bahwa tidak ada yang benar-benar melakukan eksperimen di luar angkasa. "Kami berpikir ini akan menyenangkan untuk mencoba," ungkapnya. 

Menurut CUSF, video yang diputar di luar angkasa tersebut merekam suara teriakan manusia selama 10 detik. Tim peneliti mendapatkan lebih dari 100 video dari seluruh dunia. 

Dari total video yang terkumpul, akan diseleksi dan dipilih 10 video yang paling populer. Video populer top sepuluh tersebut akan digunakan dalam percobaan. Proses seleksi dilakukan melalui pemungutan suara secara online. 

Ketika video tersebut diputar di luar angkasa, maka video tersebut akan dibarengi dengan perekam suara pada perangkat rekam lainnya untuk menangkap jeritan. "Saya pikir kami akan mendengar sesuatu, tetapi saya sedang menunggu apa yang sebenarnya akan kami dengar," jelasnya. [info astronomy]
Tahukah Anda?
""